. Assalamualaikum wr. wb,
yeorobun-deul ihihi sekarang ala-ala muslim korea ya *emang dasar anaknya
random, maafkeun:(* gimana kabarnya? masih ada yang baca postinganku tidak?
ehehe... that's just a question tho, doesn't mean I'm pesimistic at all yah.
Well langsung saja, I would like to tell you that another drama
has arrived here, howre!! ini sebenarnya produksi-ku jaman kelas 9 untuk
keperluan kelas Bahasa Indonesia dan aku summit ulang untuk keperluan tugas
Apresiasi Seni Teater di kelas 10. And sadly.. meski sudah disummit dua kali, naskah
ini selalu tidak jadi ditampilkan. Jadi dari pada tidak kemana-mana, lebih baik
diposting di sini saja ya. Siapa tahu bisa menghibur atau menjadi naskah alternatif
bagi yang sedang membutuhkan naskah drama genre komedi.
Peringatan! Naskah ini mengandung banyak
kerecehan dengan nama tokoh sesuai nama asli –calon- pelakon. Jika kamu tertawa
terlalu banyak sesuai comedy spot yang ada, selamat! Kamu sama recehnya dengan
aku hehehe
At least, happy reading, fellas!
***
KONGLOMERAT
Pada suatu hari, desa Malaraya
kedatangan warga baru. Seorang
konglomerat yang kaya raya asal Jakarta. Warga kampung datang berbondong-bondong
ke rumah konglomerat
untuk menghadiri open house yang
dimeriahkan oleh artis kampung Malaraya. Termasuk tukang jamu, penjual bakso,
penjual cireng dan ahli pijat kampung.
(Lagu alamat palsu
mengalun sayup)
Tukang bakso : “wah, rumahnya besar
sekaliiii”
Penjual cireng : “ia…andai saya punya
rumah sebesar ini,
kalian akan saya ajak tinggal di rumah saya yang saaangaat megah!”
Tukang jamu : “ah, ngaco
kamu! Khayalan kamu itu ketinggian!”
Penjual cireng : “ya, saya kan berharap begitu!”
Tukang jamu : “ooh….”
Ahli pijat : “mana toh rumah megahnya? Saya
tidak lihat. Gelap semua”
Tukang bakso :
“yo gimana mau liat toh, Painem? Wong dirimu buta. Ya toh?”
Ahli pijat : “oh iya, saya lupa”
Penjual cireng dan
jamu : “kamu lupa? Sammaa, saya juga”
Tukang bakso : “kalian korban SuSuYa? Sama saya juga”
Ahli pijat : “oke fix. Diam” (menghadap kearah lain)
Tukang bakso,
Penjual cireng dan jamu : “hei siniiiii”
Ahli pijat : “eh iya iya”
Setelah open house usai dan penduduk Malaraya
bubar, pintu pagar rumah konglomerat itu pun ditutup rapat-rapat, dan pada keesokan
harinya datanglah seorang perangkat desa setempat yakni Buk RW dan menghampiri si kaya
yang sedang duduk di taman kecilnya bersama
sang artis kampung.
Buk RW : “selamat siang pak, mbak Shely!”
Artis kampung : “siang ibu RW”
Konglomerat : “hem,
ada apa?” (dengan
gaya cuek & kaki diangkat ke atas kursi)
Buk RW : “saya perangkat desa di
sini,
nama saya buk Dedew pak (sambil
mengeluarkan tangan tapi tidak di balas) apa saya mengganggu bapak?”
Konglomerat : “ya, ada apa? Saya sedang
sibuk!”
Artis kampung : “biarkan buk RW bicara sebentar mas”
Buk RW : “maaf pak, saya hanya
sekedar mengingatkan, bapak kan orang baru disini, sebaiknya jika
bapak belum melaporkan kepindahan bapak ini, lebih baik bapak segera
melaporkannya sekarang kekantor KADES.”
Konglomerat : “oh
itu saja?”
Buk RW : “ ya pak.
Konglomerat :
“kalau begitu, cepat pergi dari sini!, karena saya sedang
sibuk!”
Buk RW : “maaf pak.
baik. permisi pak!”
konglomerat : “Yayaya! Mengganggu saja. Sampai dimana tadi Shely?”
Artis kampung : “sampai usaha kamu di Raja Ampat itu loh
mas”
Konglomerat : “oh iya, jadi blablablabla”
Petugas
tersebut pun keluar dengan tergesa-gesa. Mbak jamu yang mengintip
dari luar pagar menceritakan
pada tukang bakso dan penjual cireng, temannya sesama
pedagang.
Tukang jamu : “hey!!hey..!!!” (berteriak sambil
belari)
Penjual cireng : “ada
apa?”
Tukang jamu : “anu….itu…..anu!”
(terbata-bata)
Tukang bakso :
“hey bicara itu yang jelas!”
Tukang jamu : “ia..aduh..anu…itu . . .” (menghembuskan nafas panjang karena kelelahan)
Penjual cireng :
“ya sudah,duduk dulu! Lalu cerita ada apa?”
(tukang jamu itu duduk, dan setelah tenang)
Tukang jamu : “begini, tadi saya melihat petugas itu loh..”
Tukang bakso :“petugas
siapa?”
Tukang jamu : “anu..itu..”
Tukang bakso : ”ah,
kamu kebanyakan anu itu! siapa?”
Tukang jamu : “itu buk Dedew”
Tukang bakso :
“kenapa
dengan ibuk
itu?”
Tukang jamu : “dia ke rumah orang kaya itu.”
Penjual cireng :
“lalu kenapa?” (heran)
Tukang jamu : “dia,
anu….itu…dia..hmm..dia memberi tahu kapada orang kaya itu, untuk (berpikir sejenak)
anu…itu dia kan ke rumah si orang kaya memberi tahu
kalau dia harus melaporkan ke kantor kades.”
Penjual cireng :
“teruuuss…?” (mengangkat alis semakin heran)
Tukang jamu : “eeehh…dia malah marah sama ibu RW
kita!”
Tukang bakso :
“wah galak ya dia?”
Tukang jamu : “ia, sepertinya dia sombong”
Penjual cireng :
“ah jangan suuzon”
Tukang jamu : “saya bukan suuzon, tapi kenyataan”
Tukang bakso : “ia
kami gak joujon tau! kalau
si mbak jamu ini benar, berarti
konglomerat itu memang sombong! dan saya tidak.. apa
itu namanya? joujon?!”
Tukang jamu : (tertawa) “bukan
joujon! tapi
suuzon”
Tukang bakso :
“apa sajalah”
Penjual cireng : “ya
sudah jangan gosip terus! ayo
jalan
lagi! Cireng saya masih banyak”
Tukang bakso : “oh
ya, bakso
ku semangkuk pun belum laku, saya akan keliling dulu”
Tukang jamu : “yo
uwes, jamu saya sudah ludes ni!! Saya pulang yo, mas-mas, yuk mari!”
Tukang bakso &
penjual cireng : “marii…”
( Yana, Ira dan Zikra
keluar kelas)
Orang kaya itu ternyata
memang tidak beres kelakuan dan tabiatnya. Selain sombong, dia
juga jarang keluar rumah dan tidak pernah bergaul dengan warga setempat. Dia hanya bergaul dengan penyanyi dan penari kampung yang cantik dan
hampir setiap hari mengundangnya ke rumah.
Akhirnya, pada suatu hari, adik konglomerat
tersebut, yakni Sintiya ingin keluar rumah dan ingin bergaul dengan warga setempat.
Dia tidak tahan dikurung di rumah oleh kakaknya (Ryo), konglomerat itu.
Adik konglomerat :
“ah, dari pada di rumah terus mending aku keluar”
Si adik pun keluar dari
rumahnya
Adik konglomerat :
“kok
sepi sih..”
(play: musik YKS.
Semua pemain masuk dan berjoget. Lalu keluar lagi)
Lalu…
Penjual cireng :
“cireng…cireng, ngiuwngiuwngiuw.
wah desa kok sepi ya? Pada kemana langganan saya? eh itu ada orang. Ekhem..cirengnya nona manis?” (suara lelaki, lalu kedua sama-sama terpesona)
Adik konglomerat :
“eh, ya
mas”
Penjual cireng :
“yang mana nona, silahkan
dipilih”
Adik konglomerat : (bergumam)
“yang ini
saja. berapa
mas?”
Penjual cireng :
“Rp.2000
saja nona”
Saat
sang adik sedang
makan dengan asyiknya, kakaknya Ryo si konglomerat itu, kebingungan mencari
adiknya Sintiya.
Konglomerat : “aduh, kemana lagi tu bocah? nah itu dia.
Sintiya!”
Adik konglomerat : (menyahuti dengan sedikit bergumam) “kak Ryo, ada apa kak?”
Konglomerat : “ngapain kamu jajan makanan yang
beginian! sini..!!”
(mengambil cireng dari tangan Sintiya
dan melemparnya dengan kasar ke depan Zikra)
Penjual cireng : “astagfirullah!”
(gaya dilebaykan sambil memegang dada)
Konglomerat : “ayo pulang!!” (sambil menarik Sintiya)
Sipenjual
cireng
hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Penjual cireng : “astagfirullah. sabar…sabar” (mengelus dada sambil menggeleng)
Di tengah jalan, tiba-tiba lewat si
tukang bakso
Tukang bakso : (tok..tok…tok)
“sobaksoo, bakso mas?”
Konglomerat : “bakso-bakso!” (sambil menendang
gerobak bakso)
Tukang bakso :
“hey! sombong!” (menunjuk dengan gaya menantang)
Konglomerat : “apa?” (berbalik. Melihat
Yana dengan kaget dan marah)
Tukang bakso : “apa
situ tidak dengar saya bilang apa? ni ya, saya ulangi! Situ konglomerat
yang sombong!!” (berkacak pinggang sambil menunjuk-nunjuk Ryo)
Konglomerat : “oh, berani kamu menghina
saya ya?” (berjalan mendekati Yana, marah dan menantang balik.
Sintiya mengikuti dari belakang)
Tukang bakso : “tentu
saya berani! Dasar konglomerat tidak beradab! Di dunia sini
kamu boleh bangga, tapi nanti kalau Tuhan marah, melarat baru tahu kamu!”
Konglomerat : “kurang
ajar!” (meninju Yana. Yana pingsan di samping gerobak baksonya
yang hancur)
Konglomerat
itu melayangkan bogem mentahnya ke wajah tukang bakso hingga jatuh tak sadarkan
diri, lalu pergi pulang sambil menyeret adiknya. 2 menit berlalu, akhirnya datanglah
sipenjual cireng
tadi.
Penjual cireng :
“bang bangun bang! ada apa bang?”
Tukang bakso : “mana dia mana dia?”
Penjual cireng :
“lohloh, dia siapa toh bang?”
Tukang bakso :
“si
konglomerat brengsek itu, dia menghancurkan gerobak bakso saya!”
Datanglah si mbak jamu.
Tukang jamu : “jamu-jamu..! eh ada apa ini?”
Penjual bakso : “ini
mbak, orang kaya sialan menghancurkan seluruh dagangan kami!”
Tukang jamu : “wah,
kurang ajar banget dia ya!” (sambil berkacak pinggang) ”ayo! Kita serang dia ke rumahnya”
Sementara
di rumahnya sang konglomerat memanggil ahli pijat kampung untuk memijat di
rumahnya.
Ahli pijat : “ok fix tuan ganteng, sekarang bayaran saya tuan”
Konglomerat : “ganteng? Emang kamu bisa lihat
kegantengan saya?”
Ahli pijat : “bisa dong tuan”
Ahli pijat : “bisa dong tuan”
Konglomerat : “lah kamu kan buta! Melihat dari mana
kamu?”
Ahli pijat : “dari sini tuan!” (menunjuk
hidungnya)
Konglomerat :
“Sontoloyo! Bayarannya nanti saja. Sekarang sana pijat calon istriku. Shely!”
Ahli pijat : “aik aik tuan. Sini nona Shely”
(memanggil ke arah lain)
Artis kampung : (menarik Winda) “eeh eh
kesini. nah, yang enak ya pijatnya”
Ahli pijat : “baik non.”
Tiba-tiba...
Tukang bakso :
“eh brengsek! Keluar lu!” (berteriak dari pintu sambil memanjangkan leher,
berusaha melihat kebalik pagar)
Tukang jamu :
“sini koe konglomelarat! Kurang ajar koe ya!” (berteriak sambil berjinjit)
Penjual cireng : “hoi keluar!” (mengguncang-guncang
pintu/pagar)
(dalam rumah)
Artis kampung : “ada apa itu? Siapa yang ribut-ribut di luar?”
Ahli pijat : “mana saya tahu, non.” (masih
tetap memijat)
Artis kampung : “mas, itu siapa? Kita lihat yuk?”
Konglomerat : “ah mengganggu saja mereka. Baiklah,
ayo”
Artis kampung :
“ayo mbak ikutan lihat yuk” (menarik Winda tapi terhenti karena Winda
bicara)
Ahli pijat :
“lihat? Non Shely bagaimana sih? Saya kan buta! Mana bisa lihat! MANA BISAAA!”
(dilebay-lebaykan)
Artis kampung :
“woles dong woles! Muncrat iki! Yowes, bisa tidak bisa yang penting kamu ikut”
(menarik Winda)
(keluar rumah)
Tukang jamu :
“nah ini dia ni, warga baru yang sombong dan pembuat onar. Sudah merusak
dagangan orang, sekarang kamu ngapain sama si artis kampung dan ahli pijat ini
sekaligus ha? Kumpul domba kamu ya?”
Ahli pijat :
“what? Me? ADA APA DENGAN SAYA??”
Tukang bakso :
“kumpul kebo bodoh!”
Tukang jamu :
“ah ya itu! Hei kamu! Jawab!”
Konglomerat : “eh, tukang
jamu brengsek!” (sambil merusak jamu-jamu)
Tukang jamu : “aduh
jamu-jamu ku? (tampang menyedihkan sambil menatap pada jamu yang
tumpah, lalu melihat Ryo dengan marah) hey! koe musti ganti seluruh kerugianku!”
Konglomerat : “kalian
yang salah, kalian yang menyerang rumah saya dan berkata yang
macam-macam. Mengapa
saya yang
harus ganti?”
Tukang bakso :
“kamu yang membuat keonaran ini! Kamu yang merusak dagangan kami. Tidak sopan.
Sombong! Pongah kamu!
Konglomerat :
“jaga mulutmu tukang bakso! Miskin saja banyak omong kamu!”
Penjual cireng :
“brengsek lu emang ya! ayo
teman-teman hajar!”
Orang kaya itupun
dihajar hingga babak belur oleh situkang bakso dan penjual cireng. Sementara
adiknya Sintiya yang sedari tadi diam dan mengintip dari balik
pintu berlari mencari bantuan (Sintiya keluar kelas)
Konglomerat : “aduh,ampun!ampun!”
Tukang bakso :
(tertawa keras sambil berkacak pinggang lalu menoyor
kepala Ryo) mampus
lu!”
(backsound : Artis
kampung dan ahli pijat berteriak minta tolong)
Artis kampung :
“tolong! Tolong!”
Ahli pijat : “heii tolongan dong! Lontongan!”
Artis kampung : “pentongan!”
Ahli pijat : “what?”
Artis kampung :
“bodoh! Kita ini minta tolong, bukan minta lontong atau pentong! Ayo teriak
lagi”
Ahli pijat : “mangap non, sengaja! Tolong!
Tolong!”
Dan datanglah buk RW
(Dedew dan Sintiya masuk kelas)
Buk RW : “eh, ada apa ini?”
Adik konglomerat :
“tolong buk! Kakak saya dipukuli!”
Tukang bakso :
“dia yang salah!”
Tukang jamu : “ya betul! dia yang salah buk RW!”
Buk RW : “tenang-tenang!!sebenarnya
ada apa ini?”
Penjual cireng : “begini
buk, tadi adiknya orang kaya sombong ini (sambil menunjuk-nunjuk
ke arah sikonglomerat) membeli dagangan saya, tapi
dia malah menghancurkan dagangan saya!”
Tukang bakso :
“ia
buk, saya hanya menawarkan bakso, tapi dia malah menghancurkan gerobak saya dan
jamu mbak ini!”
Tukang jamu :
“betul buk
RW!
Ayo! ganti!” (bekacak dan memplopoti
si konglomerat)
Ahli pijat : “iya! Ayo ganti!”
Artis kampung : “eh kenapa kamu jadi ikutan?”
Ahli pijat : “saya mau minta bayaran non”
Artis kampung : “kamu saja belum selesai memijat saya!”
Buk RW : “ astagfirullah!
ibu, bapak…tenang dulu! dek Sintiya, apakah benar kakak
kamu berbuat begitu?”
Adik konglomerat : (lesu)
“benar buk.”
Tukang jamu, tukang
bakso & penjual cireng: “ayo,ganti!”
Ahli pijat : “iya ayo bayar!”
Artis kampung : “Sssst! Jangan ikutan kamu”
Buk RW : “tenang-tenang
bapak dan ibu sekalian! Bapak Ryo memang salah, tapi
maafkanlah dia!”
Adik konglomerat : “tolong mas, mbak, maafkan kakak saya”
(Yana, Ira dan Zikra berfikir sejenak)
Penjual cireng : “baikalah
saya maafkan! Tapi bagaimana dengan kerugian ini?”
Tukang bakso : “ia bagaimana?”
Konglomerat : “saya akan ganti”
Ahli pijat : “lalu bayaran saya?”
Semua orang :
“bayaran kamu nantiiiii!” (melihat Winda dengan geram lalu
beralih memandangpada Ryo)
Tukang jamu : “ganti-ganti! situ pikir saya rugi
berapa ha?”
Konglomerat : “seberapapun
saya akan bayar! tapi
bagaimana dengan mukaku ini? apa kalian akan ganti rugi?”
Penjual cireng : “oh, kamu
minta ganti rugi ha? sini, saya tambahin!!” (ingin menonjok Ryo)
Buk RW : “hey!sudah-sudah!”
Konglomerat : “maaf mas!!!maaf!”
Buk RW : “baiklah
bapak-bapak, ibu-ibu. Bapak ini akan ganti rugi tapi saya mohon maafkanlah dia”
Konglomerat : “maafkan saya mas, mbak!”
Tukang jamu, tukang
bakso & penjual cireng: “ya, kami maafkan”
Konglomerat & Adik : “terima
kasih!” (tersenyum lega)
Buk RW : “nah, begitu dong! ya sudah, sekarang semuanya bubar!”
Tukang jamu : “bagaimana dengan kerugian saya buk RW?”
Buk RW : “dia akan ganti!”
Adik konglomerat :
“benar mbak! kami
akan ganti!”
Buk RW : “ya sudah, ayo bubar!”
Ahli pijat : “bayaran saya? Loh bayaran saya
bagaimana?”
Adik konglomerat dan
Artis kampung : “nanti!”
Adik konglomerat :
“hoh sudahlah, ayo mbak Shely bantu saya membawa kakak”
Semuapun bubar. Setelah itu, konglomerat itu pun
tidak lagi sombong, ia pun menjadi warga negara yang baik dan tertib.
(semua keluar kelas,
lalu masuk lagi dengan tertib. Salah satu anggota menyampaikan
pesan atau amanat)
hahahaha asli receh miss, tapi mantap👍👍
ReplyDelete