Lv. Easy
Mentari telah menunjukkan bias cahaya jingganya di barat, jam dinding pun senada mengatakan hari ini telah menuju senja. Orang-orang mulai sibuk menyelesaikan pekerjaannya menjelang gelap melingkupi bumi Indonesia bagian Barat.
Aku pun sama bersiapnya, namun yang kulakukan adalah mulai menyiapkan perkakas yang biasa ku bawa beraktivitas malam.
Tepat setelah adzan magrib di Masjid seberang selesai berkumandang, aku melangkahkan kaki menuju tempat kerjaku yang berjarak sekitar 7km dari gubuk deritaku.
"Minimal dapat satu," tekadku dalam batin.
Senja ini, seperti senja sebelumnya, jalanan sungguh lengang. Tabiat warga desa disini, tidak ada aktivitas di luar rumah setelah pukul 18.00 wib. Tapi tentu saja ini kesempatan besar bagi ku.
Sesampainya di gerbang, aku disambut oleh orang yang sama dengan mimik wajah sama tanpa kata sedikitpun. Aku terus melangkah masuk, beberapa menyapa ku dan beberapa memohon. Tak ku peduli kan.
Tiba di tempat kerjaku, aku berhenti untuk memberi kesempatan tubuhku beristirahat sejenak. Orang di sebelahku tiba-tiba menyeletuk
"Mas, malam ini rejeki sampean, ketiban duren runtuh mas"
"Maksud bapak?"
"Di ujung sana ada orang baru. Baru tadi pagi disini. Saya dengar gadis tunggal tionghoa yang punya toko besar di kota. Coba sampean ke sana. Tak jamin mas banyak!"
Aku kemudian menggangguk tanda mengerti. Kemudian meletakkan perkakasku dan mulai menggali.
"Eh eh mas kenapa yang itu mas? Kasian."
Lagi aku tak memperdulikan. Aku terus menggali dan menggali.
==============================================================
Menurutmu, apa pekerjaan si"aku'?
Riddle#2 SANTAP MALAM MEWAH
Cr. Zikra Mukti
Lv. Easy
Seorang pria yang terlahir sebagai "Pangeran Dalam
Rumah Kaca" mengalami kebangkrutan dalam meneruskan bisnis keluarganya
setelah ditinggal oleh sang istri untuk selamanya. Kini pria tersebut tinggal
bersama dua orang putra di sebuah gubuk derita di kawasan terkumuh di kota ini.
Demi melanjutkan hidup, dia bekerja serabutan yang hasilnya
hanya cukup untuk makan sehari dua hari.
Namun nasib sial kembali menimpa untuk kesekian kalinya.
Sudah dua hari ini dia tidak mendapatkan pekerjaan yang bisa menghasilkan uang
untuk makan ia dan anaknya. Karena kelaparan, putra balitanya terus menangis
dan membuat sang ayah dan kakaknya kebingungan menenangkannya.
Untuk menenangkan putra bungsunya, ia merebus batu dalam
dandang bekas. Lalu ia mulai mengasah pisau. Ia menyuruh kedua putranya tidur
sambil berjanji bahwa makanan akan selesai ketika mereka terjaga nanti.
Pergilah kedua putra tersebut tidur. Dan ketika mereka
tertidur, ia mulai mengiris daging sambil sesekali menyeka keringat di dahinya
dengan tangan berlumur darah. Ia tengah menyiapkan santap malam mewah setelah
sekian lama.
Comments
Post a Comment